29.11.10

cita citaku

Waktu èSDè teman sekelas pernah ditanya satu satu perihal cita-citanya, kalo saya menjawab mantaph "guru!" sedangkan yang lain jawabannya macam-macam seperti halnya bocah kebanyakan. Pengen jadi pilot, dokter, perawat, dan lain sebagainya.

Yah, kira-kira begitu lah. Udah pikun jadi lupa detilnya.

Singkat cerita, semua beranjak dewasa. Berpencar ke segala penjuru tanah air atau keburu di pinang orang lalu nyantol di KUA. Tapi dari semua teman di jaman sd, gak ada satupun yang sukses menyandang titel sarjana. Kalo buruh kasar, petani, pekerja proyek, pabrik, pedagang malah yang tidak pasti kerjaannya apa juga ada...

Belenggu kemiskinan dan pendidikan yang kurang layak menjadikan teman teman menggantungkan cita citanya di gantungan baju. Kehilangan mimpi terbang dengan pesawat terbang ataw jadi dokter ganteng yang sibuk dengan antrian pasien.

Walaupun sekedar mempertahankan mimpi, kita sudah menyerah menggapai impian kecil : impian polos tanpa rasa takut kelaparan, impian mulia menjunjung harkat ortu. Semakin besar semakin sadar bahwa mimpi itu tempatnya di kasur, bukan untuk dikejar.

Kalo saya, kini udah 'terlanjur' jadi pekerja pabrik, jauh dari cita-cita mengajar di depan kelas. Cukup ngajarin karyawan baru megang kerjaan rasanya bakat terpendam jadi guru lumayan kepakè, walow si karyawan anyar tambah bingung dengan penjelasan saya, he,he.

Udah ah, postingan ngaco.

0 komentar:

Posting Komentar