26.11.10

Duh, Mas Wawan...

Namanya Wawan, saya lebih akrab memanggilnya Mas Wawan karena ia berasal dari jowo tengoh makanya juga tidak dipanggil teteh Wawan.

Istimewanya, walaupun ia cukup cerdas dan lulusan D3 tekhnik PT swasta dijawa sana, ia menjalani hidup yang bisa dibilang menghkhawatirkan.

Merantau di purwakarta, kota kecil yang menyimpan harapan bagi beberapa orang, baru beberapa minggu ngekost disini malah uang bekalnya kemalingan, duit itu sekiranya bakalan dipake buat ngelamar kerja kesana kesini plus modal hidup sehari-hari.

Dari sinilah ketegarannya terlihat, ia tidur dari masjid ke masjid, kalo siang kadang ngikut mungutin lukut (umpan ikan) di sawah.

Pulang?
"Nggak" katanya.
"Lebih baik duitnya bwt bikin lamaran kerja ajah"

Pulangnya, walaupun belum bekerja tetap, tetap setahun sekali dan sesusah apapun nggak akan nyusahin ortu ataw naro harga diri dihadapan sodara.

Kini sudah genap 6 tahun saya kenal dia dan kadang-kadang ketemu selewat dijalan sedang naik sepeda.

Mukanya yang dulu khas mahasiswa yang baru lulus, kini berganti... (duh, gak tega nyebutinnya).

Nyari kerja di perusahaan emang susahnya minta ampun, sudah kerja minta ampun lagih sistimnya yang 'nykèk' abis.

0 komentar:

Posting Komentar